Kebudayaan asli trenggalek
Trenggalek adalah kabupaten kecil
yang ada di ujung selatan provinsi Jawa Timur, bahkan bila dilihat dari Google
Map sekalipun kondisi geografis Trenggalek masih terlihat samar-samar. Yang
menyedihkan lagi ada yang tidak tahu kabupaten Trenggalek itu mana.
Maka dari itu sebagai generasi muda tugas kita untuk mengenalkan Trenggalek ke
dunia luar supaya diliihat khalayak banyak. Trenggalek memang terkenal akan
wisatanya, terutama wisata pantai. Tetapi apa saja kebudayaan asli Trenggalek??
pasti sedikit yang mengulas tentang 7 kebudayaan asal Trenggalek.
Berikut ini adalah beberapa kebudayaan asli
Trenggalek, yaitu:
11.
Ritual Larung Sembonyo
Ritual Larung Sembonyo
berkembang di tengah masyarakat Prigi yang diyakini untuk menjaga keseimbangan
alam sekitarnya serta alam semesta. Upacara Sembonyo dilakukan setiap bulan
Selo, pada hari senin Kliwon setiap tahunnya. Ritual Larung Sembonyo ini
dilakukan oleh para nalayan dan petani yang berkaitan dengan mata pencaharian
utama masyarakat Prigi dan sebagai penghormatan atas leluhur yang berjasa
membuka kawasan Prigi.
22.
Tayub
Tayub
adalah sekelompok musisi Jawa yang bernyanyi dan menari, dan populer karena
gerakan-gerakan yang erotis layaknya jaipong atau tango. Para Penari Tayub
selalu melibatkan para penonton dengan cara menarik mereka untuk ikut menari ke
panggung, dan hal ini juga yang mengundang para penonton, yang kebanyakan
laki-laki, akan memberikan saweran ke penari yang mengajak mereka. Semacam tips
dalam bentuk uang.
Tayub
adalah sebuah kesenian persahabatan, yang masih terus dikembangkan oleh
masyarakat Trenggalek. Dalam setiap acara seperti perkawinan, acara khitanan,
pesta ulang tahun atau acara kemerdekaan pasti akan selalu digelar Tayub
sebagai hiburan utamanya.
3.
Bersih Dam Bagong (nyadran)
Masih dalam bulan Selo penanggalan Jawa,
setiap hari Jum’at Kliwon para petani dari 11 desa di Kecamatan Trenggalek dan
Pogalan yang sawahnya mendapat pengairan dari Dam Bagong melaksanakan Upacara
Bersih Dam Bagong. Selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, upacara tersebut juga untuk memperingati jasa pemrakarsa pembangunan Dam
Bagong, yakni Menak Sopal.
Dikisahkan pada pertengahan abad XVI, Menak
Sopal sangat prihatin melihat sawah para petani selalu kekeringan dan gagal
panen. Lalu Beliau mengajak masyarakat menaikan air Kali Bagong dengan membuat
Dam. Namun, kerja keras tersebut selalu gagal – setiap begitu selesai
dikerjakan, Dam tersebut runtuh.
Dari wangsit yang diperoleh, Dam harus diberi
tumbal Gajah Putih. Dengan berbagai upaya, Gajah Putih berhasil diperoleh Menak
Sopal dan dijadikan tumbal Dam tersebut.
Sekarang, dalam setiap peringatan Bersih Dam
Bagong dikorbankan seekor kerbau sebagai pengganti Gajah Putih. Setelah
disembelih, kepala dan daging kerbau tersebut dilempar ke “Kedung Kali Bagong”
dan masyarakat beramai-ramai menceburkan diri ke sungai untuk berebut kepala
dan daging tersebut. Acara ini dilanjutkan dengan Ruwatan Wayang Kulit dengan
cerita Udan Mintoyo serta ziarah ke makam Menak Sopal yang biasa dikunjungi.
44.
Tari Jaranan Turonggo Yakso
Tari kebudayaan Jaranan Turonggo Yakso adalah
salah satu kebudayaan lainnya yang dimiliki oleh Trenggalek. Kebudayaan ini
mula-mula dilakukan oleh masyarakat kecamatan Dongko, yang biasa disebut
Baritan. Dinamakan Baritan, karena kesenian ini dilakukan “bubar ngarit
tanduran” atau seusai bekerja di ladang.
Lalu, sejak
tahun 1980an, oleh kepala desa Dongkos sendiri, kebudayaan diangkat menjadi
kebudayan khas kota Trenggalek, dengan nama Turonggo Yakso. Tari Jaranan
Turonggo Yakso ini menceritakan tentang kemenangan warga desa dalam mengusir
marabahaya atau keangkaramurkaan yang menyerang desanya. Tarian ini selalu
dibawakan setiap bulan Suro, dalam penanggalan Jawa, dan sudah ditentukan oleh
seorang pawang atau sesepuh.
Waktu
upacara ini dilakukan pada siang hari pukul 11.00, dimana proses pertama
dimulai dengan berkumpulnya para petani sambil membawa perlengkapan sesaji,
seperti ambeng dan longkong, serta tali yang dibuat dari bambu, yang biasa
disebut Dadung.
5. Ritual Kebudayaan Tiban
Tari Tiban atau lebih tepatnya ritual Tiban merupakan tari atau ritual
rakyat yang turun temurun menjadi bagian kebudayaan masyarakat Trenggalek. Tari
Tiban selalu dipertujukkan saat musim kemarau yang berkepanjangan dengan tujuan
sebagai permohonan diturunkannya hujan.
Tari Tiban terbagi menjadi 2
kelompok, masing-masing dipimpin 1 orang wasit atau biasa disebut Landang atau
Plandang. Dalam ritual ini selalu diiringi dengan alunan musik layaknya gamelan
lengkap yang terdiri dari kendang, kentongan, dan gambang laras.
Ritual ini cenderung ritual layaknya
ajang mengadu ilmu ketrampilan atau kesaktian sambil menari-nari dan saling
mencambuk dengan hitungan yang ditentukan oleh Landang. Cambuk yang digunakan
dalam tari ini terbuat dari lidi pohon aren yang biasa di sebut ujung.
Permainan
ini akan berlanjut sampai sore hari, dan bagi yang mereka yang merasa tidak
sanggup melanjutkan akan digantikan oleh anggota kelompok berikutnya.
Tarian tiban adalah sebuah
permintaan permohonan kepada yang maha kuasa berharap untuk diturunkanya
hujan.Ada makna dalam dibalik ritual tarian tiban yaitu sebuah harapan sebuah
pesan yang luhur demi lestarinya alam. Bukanlah kekerasan yang ditonjolkan
melainkan nilai-nilai luhur atau sebuah pesan untuk menjaga keseimbangan alam.
66.
Kesenian
pegon dan Brun
Kesenian pegon dan brung merupakan
kesenian yang menyerupai kesenian Jaranan atau kuda lumping, tetap dengan gaya
dan tradisi yang lain dari seni jaranan pada umumnya.
Kesenian ini
melibatkan gerakan dan irama gending Jawa yang merupakan musik tradisional Jawa.
Setiap gerakan dan irama selalu dinamis dan mengandung unsur-unsur magis.
77.
Lebaran
Ketupat
Lebaran ketupat merupakan
bagian dari Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan umat Muslim setiap tahun. Pada dasarnya
idul fitri memang identik dengan ketupat yang langsung disantap saat
itu juga pada jamuan makan untuk tamu, tetapi pada beberapa daerah, khususnya
Jawa Timur, lebaran ketupat jatuh pada satu minggu setelah hari raya Idul
Fitri.
Layaknya
lebaran ketupat, pasti pameran utamanya adalah adanya ketupat yang disetiap rumah sebagai
menu utama, bersama dengan lauk pauk yang kaya akan bumbu seperti opor dan
rending. Ketupat itupun biasanya dibagikan sebagai hantaran ke kerabat atau tetangga terdekat.
Lalu apa yang istimewa dengan tradisi lebaran ketupat di Trenggalek?
Tempatnya
berpusat di Desa Durenan, kecamatan Durenan Trenggalek, hari raya ketupat yang
jatuh pada tanggal 8 Syawal tahun Hijriah selalu meriah. Setiap warga membuka lebar pintu
meraka dan akan terdengar alunan music dari masing-masing stereo pemiliki rumah sebagai isyarat kepada para pengguna jalan untuk masuk ke
rumah mereka.
Tidak aka
nada basa-basi lagi, kecuali kalimat, “silakan menikmati hidangan ketupat.”
yang keluar dari mulut tuan rumah. Mau berbincang-bincang atau pamit kerumah sebelah untuk
menikmati ketupat sayur lainnya pun, tuan rumah tidak merasa tersinggung. Kenal atau
tidak dengan tuan rumah setiap orang bebas masuk untuk menikmati hidangan ketupatpeyek.
88.
Hari Jadi
Trenggalek
Berdasarkan
Prasasti Kamulan, Kabupaten Trenggalek berdiri pada 31 Agustus 1194 M. Setiap
tahun hari jadi ini diperingati oleh masyarakat Trenggalek dengan menyelenggarakan upacara
adat di Pendopo Kabupaten. Sehari sebelum peringatan, dilakukan acara
ziarah ke makam-makam leluhur/pendahulu kota Trenggalek, malam tirakatan, tadarus
dan lain-lain. Dan acara puncak akan diadakan kirab keliling kota yang diselenggarakan tanggal
31 Agustus.
Kirab keliling kota
ini diikuti oelh berbagai macam lapisan masyarakat Trenggalek dengan berpakaian
adat jawa dan diiringi berbagai kesenian
dan permainan tradisional. Pada malam harinya, berbagai pertunjukan kesenian digelar. Salah satunya dan yang wajib digelar
adalah Wayang kulit yang akan digelar semalam suntuk. Acara tersebut merupakan atraksi
wisata yang menarik sehingga setiap penyelenggaraannya selalu diramaikan oleh
pengunjung dari dalam dan luar kota Trenggalek.